#MELAMUN Berhenti Di Covid 19   Sudah enam bulan lamanya kita semua menghadapi pandemi, saya sangat bersyukur karena ma...

Berhenti Di Covid 19

 

#MELAMUN

Berhenti Di Covid 19


 

Sudah enam bulan lamanya kita semua menghadapi pandemi, saya sangat bersyukur karena masih hidup dalam penuh nikmat walaupun ruang gerak memang sangat terbatas ditambah suasana was-was. Covid 19 banyak “menampar” kita semua dengan membulak-balikan tatanan yang sudah kokoh, rutinitas yang sudah terjaga dan terencana sejak lama menjadi buyar semua. Pertanda apa ? konspirasi ? rasanya memang benar ada konspirasi, seperti kata para ahli “Yaa ibarat kata deh yaa, bos-bos yang paling paham dah, ama yang begitu-begituan”.

 

Dalam lamunan, saya menyimpulkan bahwa Covid 19 memang hasil konspirasi, tetapi datangnya dari “Langit” dari pemilik semesta alam, terus terang saya tidak mau tanggung-tanggung dalam berprasangka, bentuk-bentuk tuduhan yang dituduhkan kepada agen-agen dunia rasanya masih kurang mantiq, maka dari itu siapa lagi kalau bukan konspirasi pemilik semesta alam? Karena memang semua atas kehendakNya. Saya mencoba membaca “kode-kode morse” yang muncul pasca hadirnya Covid 19, kondisi dunia saat ini sedang soleh-solehnya, bisa dibilang pendulum kesalehan masyarakat sedang sangat berat ke kanan, dan pada prakteknya kadang menjadi sebuah formalitas tanpa makna bahkan hiperbola.

 

Apakah ini sebuah pertanda? Dalam sholat berjamaah, wajib untuk merapatkan shaf, tetapi karena fenomena Covid 19 harus jaga jarak, padahal ini menjadi syarat mutlak, bahkan setan akan masuk disela-sela barisan jika tidak rapat. Sholat jumat yang selalu dilakukan di Masjid, malah dilakukan di rumah masing-masing agar selamat dari Covid 19, semua yang sudah dianggap mutlak, menjadi tidak mutlak. Ini mengingatkan kembali tentang kisah Nabi Musa & Nabi Khidir yang sedang diuji oleh Allah SWT, Nabi Musa seorang Ahlul Kitab bisa dibulak balik prinsipnya melalui Nabi Khidir dan semua atas kehendak  Yang Maha Kuasa. Dalam logika konspirasi, saya berpendapat bahwa memang sedang ada konspirasi untuk menarik kembali pendulum kesalehan yang berat ke kanan itu untuk kembali ke posisi moderat, guna mengurangi mudarat.

 

Ditambah gelombang informasi tentang konspirasi semakin memuncak dalam 5 tahun terakhir, bahkan semakin banyak masyarakat yang membicarakannya tidak seperti obrolan biasa, melainkan seperti berdzikir, “konspirasi… konspirasi… konspirasi…”. Saya mencoba  menjabarkannya berdasarkan logika konspirasi bahwa, ketika masyarakat percaya dan semakin mengamalkannya dengan kata-kata, maka apa yang diucapkan akan benar-benar  terjadi, hal ini seperti Metode Afirmasi yang terus terstimulasi, oleh karena itu Kun Fayakun!! Jadilah maka terjadilah ia, sebuah Zat yang maha tinggi pemilik hak veto konspirasi akhirnya menciptakan Covid 19.

 

Sebuah virus yang sangat eksperimental yang kandungannya bisa berubah-ubah dan menimbulkan prasangka-prasangka negatif ke berbagai pihak, jika masyarakat kemarin-kemarin terus mengamalkan kata “ekonomi hancur” “ekonomi bobrok” Kun Fayakun!! jadilah maka terjadilah ia, melalui kekuatan Covid 19 yang faktanya sedang terjadi saat ini.

 

Bisakah kita berprasangka yang baik-baik saja? agar prasangka buruk itu tidak lagi terijabah olehNya melalui Afirmasi secara tidak sadar, yang akhirnya  berdampak buruk bagi sesama ? Dalam kondisi seperti ini, faktanya kita masih berhenti di Covid 19, semua ini belum benar-benar selesai. Jika masih selamat dari Covid 19, dan masih terjaga dalam lingkungan yang aman, maka sikap yang utama sebaiknya bersyukur dan mawas diri, bukan kampanye menunjukan kemubadziran diri. Semoga para pahlawan tenaga medis di garda depan selalu diberkahi dan selalu sehat, SALAM HORMAT \m/.

0 comments: