Dalam hal ini saya sangat bersyukur memiliki beberapa spot membaca di tempat-tempat bersuasana klaustrofobik. Tempat seperti...

#NekatReview: Kiat Sukses Hancur Lebur (Bacaan Klaustrofobik)




Dalam hal ini saya sangat bersyukur memiliki beberapa spot membaca di tempat-tempat bersuasana klaustrofobik. Tempat seperti itu sangat cocok untuk menikmati bacaan berjudul "Kiat Sukses Hancur Lebur" karya Martin Suryajaya. Ditemani dengan beberapa cemilan seperti kopi dan mie instan dengan telur rebus serta cabai rawit hijau.

Saya belum pernah membaca satupun karya buku dari penulis bernama Martin Suryajaya ini sebelumnya. Pada saat itu, saya menemukan buku (yang ngakunya novel) ini hanya dari timeline media sosial, itupun sedang stalking account yang bahkan ga saya follow sama sekali.

Saya sendiri sejujurnya tidak terlalu suka dengan bacaan-bacaan novel. Saya membeli buku ini murni karena terpikat dari judulnya saja. Dalam hati saya bergumam, “Waah kayaknya seru juga nih buku, kayak ada sesuatu yang ga beres didalamnya.” :)

Saya memang lebih suka membaca buku yang bersifat isu-isu sosial dan non fiksi. Menemukan buku ini seperti takdir yang sudah ditentukan oleh semesta.

Awalnya saya berharap dengan membaca “novel” ini lantas akan mengantarkan saya kepada jenis-jenis novel yang akan saya sukai untuk dibaca. Tetapi ternyata… genre bacaan saya tidak pernah berubah walaupun dalam kondisi berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.

Memasuki bab 1 dengan mengatur nafas disertai lafal ‘Basmalah’ dalam hati, saya membaca kalimat pertama yang berbunyi:

“KITA sudah terlalu sering cebok. Terlalu banyak cebok itu tidak baik, bisa meningkatkan risiko kanker dan buta huruf.”


Pada kalimat diatas saya berpikir, “Hmm oke, novel ini cukup santai yaa bahasanya.” Dan pada saat yang sama, saya jadi teringat lagunya Kufaku Band, haha...!!

Selama saya menikmati buku ini, otak saya seperti harus memaksakan kehendaknya. Bahwa bacaan ini adalah karya novel fiksi yang menuntut pembacanya untuk menikmati sudut pandang novel yang berbeda.

Dan memang sudah tertulis dibalik buku ini bahwa, “Naskah yang ditulis dengan gaya bahasa seorang pemabuk yang hampir pingsan itu membuat Andi (penyuntingnya) merasa tidak pernah cukup menenggak zat asam”. Dalam artian karya ini mungkin memang tergolong dalam karya eksperimental.

Berikut juga gambar-gambar yang menunjang isi buku tersebut, agar pembacanya lebih mudah memahami isi tulisan dalam buku ini :



Sangat edukatif bukan ? 

Saya baru sadar bahwa didalam karya seni musik pun ada juga yang berjenis seperti ini. Membaca novel “Kiat Sukses Hancur Lebur” seperti menikmati musik-musik kontemporer dan band-band unik karya:

1. Evelyn Glennie (Musik kontemporer)

2. Speak Percussion (Musik kontemporer)

3. Suicide (Punk) pada track berjudul, "Frankie Teardrop".

4. Mesin Tempur (Metal) pada track berjudul "Mana Tukang Indomie", "Mari Membaca" dan "Supir Angkot Goblog". Hanya saja dengan bahasa yang lebih kompleks.

Oiyaa… mungkin Kufaku Band masuk dalam list? Saya selalu berhusnudzon terhadap karya seni siapa saja agar hidup ini terbebas dari rasa iri dan dengki, dalam hal ini karya-karya Kufaku Band yang cukup eksperimental.

Bagi saya predikat "mengerti" setelah membaca buku ini hanyalah sebuah kemewahan. Barangkali dibutuhkan "ilmu laduni" agar mudah mendapat pencerahan, untuk menikmati segala bentuk narasi dan kekacauan yang ada didalamnya.

0 comments: